Selasa, 06 Januari 2009

KIAT MERINTIS USAHA DARI KECIL

ANTARA PELUANG DAN KESEMPATAN

Oleh: Muh. Mansur, SE
Praktisi Ekonomi


“Kejujuran, kesabaran, dan profesionalisme adalah serangkaian yang sinergis yang harus ada dan selalu tertanam pada diri kita, baik sebagai wirausaha, pengusaha maupun para pelaku bisnis dunia usaha pada umumnya, itulah kunci utama kalau kita ingin menjadi orang yang sukses! Tentu saja harus dilandasi dengan do’a, ikhtiar yang baik, benar dan sungguh-sungguh dan disertai tawakal maka peluang dan kesempatan akan berada di hadapan kita. Dalam dunia bisnis usaha penuh dengan kemungkinan dan harapan tak ada yang mustahil ketika Allah SWT berkehendak.”

Apapun bentuk bisnis usaha yang kita lakukan, dunia usaha adalah salah satu item bagian dari serangkaian kegiatan kehidupan kita sebagai manusia, yang cukup menjanjikan kemapanan untuk meraih kesuksesan, bahkan lebih dari itu bisa dijadikan tolok ukur secara kualitas dan kuantitas sejauh mana tingkat keberhasilan seseorang yang telah dia capai. Mencermati bisnis dunia usaha saat ini, kita dihadapkan pada kenyataan yang begitu kompleks seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kulturasi budaya, sehingga memudahkan kita sebagai pelaku bisnis dunia usaha untuk mengakses arus informasi dan transformasi secara transparan lewat berbagai media yang ada, baik itu mass media maupun audio visual yang serba modern dan canggih (seperti TV, Hp, media internet). Hal ini membawa pengaruh yang luar biasa di segala bidang kehidupan, khususnya di sini pada peta bisnis dunia usaha skala global baik secara mikro maupun makro. Seiring dengan tingkat persaingan yang ada yang begitu kompleks beragam jenisnya pada setiap lintas lini usaha di berbagai bidang. Di tengah-tengah derasnya arus persaingan bisnis usaha di tingkat dunia, di sisi lain telah terjadi perubahan yang sangat mencengangkan dan mendasar pada laju perekonomian dunia lebih cenderung “konjungtur” saat ini. Hal ini disebabkan oleh pengaruh krisis capital (moneter) global yang telah melanda negara-negara maju yang nota bene selama ini dikenal sebagai negara “super power of economical is the world”, tentu saja hal ini membawa dampak/ pengaruh dan berimbas pada lemahnya investasi capital dan pasar modal dunia, sehingga sementara waktu cukup membuat keadaan carut marut tidak stabil. Melihat hal itu semua, khususnya kita sebagai pelaku bisnis dunia usaha harus “in action”, tanggap dan peka dan bisa “membaca” situasi kondisi yang ada dengan aura mata pikiran yang cerdas, cermat, dan tepat. Dalam “bola bisnis dunia usaha” kita harus mempunyai strategi dan konsep yang matang dan sistematika. Bagaimana kita melatih “kepekaan” melihat keadaan di sekitar kita, dan apa yang terjadi di luar sana? Setidaknya kita sebagai pelaku bisnis dunia usaha baik pada tingkat skala mikro maupun makro harus bisa “membaca” peluang dan kesempatan di hadapan kita dengan manajemen yang baik dan benar, tentu saja dengan memperhatikan tingkat resiko yang mungkin timbul. Bicara masalah dunia usaha, ibarat sebuah permainan bola, kita tidak bisa menunggu. Artinya kita harus benar-benar berupaya menjemput bola. Begitu bola sudah berada di tangan kita, bagaimana bola itu kita mainkan?? Ya, tentu saja dengan kerja sama team yang baik, bola kita olah dengan teknik strategi yang tepat, handal, dan meyakinkan, akhirnya akan menghasilkan gol-gol terindah dan menuai kemenangan yang fantastik!!!

Begitu juga yang terjadi pada bisnis dunia usaha, mau tidak mau kita sebagai pelaku usaha sekali lagi kita harus bisa “membaca” peluang dan kesempatan, artinya kita memanfaatkan situasi dan kondisi di hadapan kita dengan cara cerdas, bersikap inovatif, kreatif, dan harus berani berspekulasi dalam mengambil point-point keputusan dengan pertimbangan yang cukup matang tentunya. Tanamkan motivasi, (semangat dalam berusaha/ berkarya) yang didasari oleh kejujuran, kesabaran, dan profesionalisme sebagai jantung, urat nadi motor penggerak pada setiap proses kegiatan bisnis usaha kita. Jadikanlah hambatan dan rintangan sebagai peluang dan kesempatan yang harus kita raih dan kita olah dengan segenap kemampuan sumber daya kita sepenuhnya dan nyalakan api semangat juang dalam berusaha untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Ingat ada pepatah yang mengatakan bahwa: “Tampilnya seorang pemenang, pasti penuh dengan bekas luka.”

KIAT MERINTIS USAHA DARI KECIL

“ANTARA PELUANG DAN KESEMPATAN”

Muh Mansur, SE atau lebih akrab dipanggil Mansur adalah nama yang tak asing lagi di kalangan wirausaha. Sosok yang satu ini lebih dikenal oleh kalangan wirausaha, maupun pengusaha, terutama para pengusaha lintas UKM (Usaha Kecil Menengah), dan tak jarang pula banyak relasi bisnisnya sering mengadakan sharing experience dengannya untuk menangani beberapa masalah yang berkaitan dengan kerangka bangun sistem perusahaan, atau sekedar memecahkan masalah yang timbul dari temuan-temuan baru seputar intern sistem perusahaan kemudian direferensikan dan dipecahkan/ diangkat via pembelajaran study kasus untuk mencari solusi yang tepat dari akar permasalahan yang ada dan bisa timbul sewaktu-waktu dan ternyata dia selalu punya resep jitu mengantisipasi keadaan-keadaan yang tidak diinginkan oleh kebanyakan perusahaan (baca: sistem intern manajemen perusahaan).

Mansur sosok wirausahawan muda yang sederhana ini, dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah. Mansur dari kecil hingga dewasa dididik dan dibesarkan dari kalangan keluarga muslim yang taat beribadah, kebetulan latar belakang keluarga besarnya adalah pengusaha home industry. Kedua orangtua Mansur adalah pengusaha batik dan roti/ kue yang mulai dirintis tahun 1971 hingga sampai sekarang. Sosok Mansur adalah seorang wirausahawan mandiri, inovatif, dan kreatif. Dari sini bisa dilihat sepintas bakat, kemampuannya dialiri darah semangat juang dari kedua orang tuanya yang dikenal masyarakat sebagai pengusaha home industry yang cukup mapan dan berhasil, dan mempunyai kedudukan kelas tersendiri di antara para pengusaha lainnya.

Mansur di kalangan koleganya dikenal sebagai sosok yang sederhana, ulet, pantang menyerah, serta mempunyai jiwa kemandirian yang sangat kuat. Hal ini bisa dibuktikan, bagaimana Mansur benar-benar berusaha menggeluti dunia usaha, mulai merintis dari bawah untuk meraih kesuksesan.

Mansur berwirausaha bukan karena kepepet tapi sudah menjadi cita-citanya sejak kuliah di Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta. Setelah Mansur lulus dari FE UII tahun 1995, Mansur ingin mencari pengalaman kerja di kota besar. Hal ini sebagai langkah awal untuk menambah wawasan yang mungkin berguna di kemudian hari. Alhasil, Mansur mendapat pekerjaan di perusahaan percetakan di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur. Dari tempat kerjanya, Mansur mendapatkan pengalaman yang sangat berharga mengenai dunia kerja, dunia usaha industri, tingkat persaingan dunia usaha, market share, paling tidak dari sisi managemen maupun dari sisi teknis suatu usaha bisnis percetakan telah Mansur kuasai. Aktivitas kerjanya di perusahaan percetakan, Mansur jalani cuma selama setahun. Walaupun sebenarnya kariernya cukup bagus, terbukti jabatan Supervisor Market Share se Jabotabek di percayakan pada dirinya, tapi Mansur berpikir lain.

Berdasarkan pengalamannya dia dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa semua bidang usaha yang berorientasi pada pencapaian profit/ keuntungan yang optimal adalah sama saja. Di sisi lain semua bidang usaha mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Usaha bisnis percetakan misalnya, bisa mendatangkan untung antara Rp. 10 juta sampai dengan Rp 25 juta bahkan lebih dari proyek yang dikerjakan cuma 5 hari, tapi ordernya yang diterima belum tentu datang setiap harinya. Sedangkan usaha home industry roti yang dikelola keluarganya dengan sistem manajemen personal yang sederhana ternyata omzetnya cukup tinggi, apalagi kalau dikelola dengan manajemen yang baik, benar, dan benar-benar mengarah pada target keuntungan yang optimal. Sebagai bahan pembelajaran seperti Mansur lihat pada perusahaan roti/ kue milik keluarganya, walaupun cuma mendatangkan untung Rp 200,- per bungkus, tapi kalau omzet penjualannya tinggi maka akan mendatangkan keuntungan yang besar pula. Tentu saja dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas bahan baku, sistem jaringan usaha, dan peningkatan mutu produk plus market share yang baik. Berawal dari pengalaman itulah, Mansur memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya dan Mansur bertekat untuk menjadi wirausahawan, maka mulailah Mansur merintis dunia usahanya secara mandiri dan benar-benar dari bawah.

Mansur punya keyakinan dan alasan yang kuat bahwa: apabila kita mau berusaha sungguh-sungguh didasari niat dan kemauan yang keras, kesabaran, ketekunan dan do’a maka sukses akan ia dapatkan. Keinginan Mansur untuk merintis usaha roti sebagai basic usaha lebih bersifat meneruskan bisnis usaha milik orang tuanya yang sudah berjalan selama ini. Mansur ingin merombak sistem manajerialnya ke arah yang lebih baik dan fokus pada pencapaian tingkat omzet dan keuntungan yang optimal. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan riset dan study kelayakan. Bagaimana rancang bangun sistem manajemen yang diterapkan, pola pemasaran/ market sharenya, pengadaan bahan baku, kualitas produknya dan lain-lain. Seiring dengan keinginan Mansur di atas, di dalam lubuk hatinya dia tetap mempunyai obsesi, kalau suatu saat dia sudah mempunyai pendamping hidup maka pengelolaan usaha bisnis roti akan dipercayakan penuh pada istrinya yang dibantu oleh para karyawannya, dan dia akan lebih fokus dan konsentrasi untuk membuka usaha di bidang yang lain. Memang sudah menjadi cita-cita dia bahwa Mansur ingin menjadi wirausahawan yang mandiri, dan tidak mau jadi pegawai dan bekerja di bawah perintah orang lain. Mungkin karena background/ latar belakang keluarganya sebagai pengusaha home industri, sehingga jiwa usahanya, kemandirian, dan tekad untuk maju dan berkembang tertanam dalam benaknya Mansur. Dia punya alasan kuat untuk menentukan jalan kehidupannya menjadi wirausahawan. Menurut dia “ide-ide jalan pemikirannya akan mempat, tumpul dan tidak bisa berkembang secara bebas kalau dia bekerja pada orang lain.”

Sebagai langkah awal kemandiriannya, usaha Mansur cuma sebatas sebagai pemasar roti merek Ikan Mas, hasil produksi saudara sepupunya dari Yogyakarta untuk dipasarkan di wilayah Purworejo, Kebumen, Magelang dan sekitarnya, sebagai pijakan awal sebelum dia melangkah untuk menjadi produsen roti.

Belum genap setahun dia menjalankan usahanya, badai krisis moneter tahun 1998 menerpa Indonesia, sehingga terjadi lonjakan harga barang-barang kebutuhan hidup (sembako), termasuk bahan baku roti seperti gandum, gula, telur, obat-obat kimia sebagai bahan pembuat roti. Ironisnya bahan baku roti seperti gandum dan obat-obatan pembuat roti tersebut merupakan bahan impor, sehingga berakibat harga jual roti terdongkrak naik dan akhirnya omzet penjualan dan laba yang diperoleh menjadi turun.

Atas dasar itu kemudian Mansur berpikir, kalau keadaan begini terus bagaimana untuk pengembangan usaha selanjutnya ?? Usaha apa yang cocok dikerjakan disaat situasi krisis ?

Di tengah-tengah kegusaran hatinya dia mendengarkan informasi dari koleganya bahwa bidang usaha yang cocok dan sangat prospek dikerjakan dalam situasi krisis adalah bisnis produk-produk unggulan yang berorientasi pasar eksport, seperti furniture, handicraft dan lain-lain. Produk-produk unggulan tersebut biasanya dibuat sesuai permintaan pesanan, baik kualitas, kuantitas maupun modelnya, di samping itu bahan bakunya diperoleh dengan sangat mudahnya dan semuanya tersedia di dalam negeri. Kemudian timbul satu pertanyaan lagi bagaimana untuk mendapatkan order dari buyer?? Tanpa sengaja waktu mengikuti seminar sehari tentang “Strategi Menembus Pasar Ekspor” di Melia Purosani Hotel, Yogyakarta, Mansur bertemu dengan seorang praktisi ekonomi yang cukup punya wawasan ke depan mengenai bisnis dunia usaha berskala pasar global, beliau menaruh perhatian terhadap dunia usaha dan cukup mendalami dunia perdagangan via internet. Karena Mansur penasaran dan didorong rasa ingin tahu lebih mendalam, maka Mansur minta tolong beliau untuk mengajari bagaimana cara mengakses internet, ternyata beliau bersedia. Dengan gayanya yang low profile dan sangat terbuka, mengajarkan kepada Mansur tentang dasar-dasar internet.

Dalam waktu yang sangat singkat Mansur sudah bisa mengembangkan sendiri pikirannya, apa dan bagaimana fungsi dari internet itu. Ternyata internet tidak sebatas sebagai just be fun, lebih dari itu ternyata internet bisa berfungsi multi dimensional, intinya media internet dipandang lebih efektif untuk mempromosikan produk-produk unggulan yang berorientasi pada pasar eksport berskala global.

Mulai saat itulah Mansur mencurahkan perhatiannya selain sebagai pemasar roti merk Ikan Mas, Mansur juga mengadakan penelitian tentang perdagangan via internet (ecommerce). Mansur memang sosok wira usahawan yang ulet, gigih dan mandiri. Kreatifitasnya mengenai bisnis usaha selalu muncul dan ia kembangkan. Mansur memang benar-benar ingin menggembleng kualitas dirinya sampai sejauh mana bola bisnis dunia usaha bisa ia raih dan berada dalam genggaman tangannya. Mansur juga terbiasa melatih diri untuk mengkondisikan keadaan supaya tidak dibelenggu oleh rasa pesimis, gengsi dan apapun brand name atribut yang membatasi dirinya. Mansur berpikir, “Saya punya Tuhan, tujuan, target dan skala prioritas usaha ke depan!! Segala bentuk apapun yang bersifat membatasi dirinya untuk maju dan berkembang dia sikapi dengan arif dan bijaksana. Sejalan dengan proses penelitian perdagangan via internet (ecommerce) Mansur juga menekuni usaha sampingannya sebagai pemasar produk roti. Hal ini dilakukan dengan maksud dan tujuan Mansur ingin mendalami dan terjun langsung di lapangan sebagai pemasar. Mansur ingin mengetahui sistem distributor pemasarannya, omzet dan tingkat keuntungannya. Ini semua benar-benar dikaji secara mendalam oleh Mansur dengan ketekunan dan kesabarannya.

Untuk menambah wawasannya, Mansur mendatangi even FKY (Festival Kesenian Yogyakarta) di Yogyakarta. FKY adalah suatu even yang memamerkan produk-produk unggulan seperti furniture, handicraft, stonecraft, dan lain-lain. Berangkat dari situ, dia berusaha mengorek informasi seputar penentuan tingkat harga jual, pasar sasaran, bagaimana metode pembayarannya, perilaku dan selera buyer dari produk-produk berskala eksport tersebut dan lain-lain.

Di luar dugaannya, ternyata tingkat harga jual produk eksport yang di tawarkan dalam even tersebut untuk segmen pasar ekspor bisa mencapai 3 kali lipat dibanding harga jual segmen pasar domestik. Sebagai contoh sebuah produk handicraft berupa lampu duduk dengan desain etnis estetis yang terbuat dari kayu seharga Rp 80.000,- untuk segmen pasar domestik, bisa dibayangkan berapa keuntungannya yang diperoleh seorang eksportir kalau dia mendapat pesanan 1.000 unit dari buyer dengan harga Rp 240.000,-?? Suatu keuntungan yang cukup fantastis yang diperoleh seorang pelaku bisnis dalam situasi krisis.

Kegigihan Mansur dalam mendalami sistem perdagangan luar negeri tidak hanya sebatas itu, kemudian dia mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan usaha bisnis eksport, seperti LC, managemen publikasi produk ekspor, dan juga sering mengadakan konsultasi/ proses pembelajaran dengan teman-teman koleganya tentang seputar bisnis eksport dan segudang permasalahannya, mulai notaris, pengacara, dan pegawai perusahaan eksport.

Berdasarkan hasil penelitiannya yang Mansur lakukan, kemudian dia menyusun proposal yang berkaitan dengan bisnis dunia usaha yang berorientasi pasar ekspor sebagai umpan balik untuk mendapatkan modal dari para investornya guna mendanai usahanya. Salah satu konsep yang dia tawarkan dalam proposalnya adalah strategi promosi produk eksport tidak harus melalui pameran tetapi cukup dengan menggunakan sarana teknologi internet sebagai media promosi, sehingga seorang eksportir dengan mudahnya dapat mempromosikan produk unggulan yang dia tawarkan kepada calon buyer luar negeri, dengan biaya pemasaran yang sangat minim/ murah, sehingga akhirnya harga jual produk yang ditawarkan bisa lebih kompetitif.

Melihat ide bisnis Mansur yang begitu cemerlang ada salah satu temannya dari Yogyakarta, tertarik untuk membantu usahanya dalam mencari calon investor. Karena hubungan relasi usahanya sangat luas, maka ada dua investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam tahap rencana usaha bisnis produk unggulan yang berorientasi pasar eksport luar negeri yang dipublikasikan via internet. Setelah diadakan negosiasi yang cukup matang, terjadi kesepakatan bahwa bidang usaha yang akan dikelola adalah wooden furniture. Sejalan berjalannya waktu, karena terbentur masalah persoalan pribadi keluarganya yang tidak sempat dia jelaskan, dan yang satunya lagi karena terbentur anggaran dana, karena alasan-alasan itulah yang jelas kedua orang tersebut mengundurkan diri sebagai calon investor, padahal peluang usaha bisnis perdaganagan via internet (ecomerce) sangat strategis dan menguntungkan bila benar-benar dikembangkan.

Dengan adanya kejadian tersebut, Mansur tidak menyerah begitu saja pada keadaan. Kemudian dengan berbekal proposal usaha yang berisi muatan-muatan sistem usaha berskala eksport untuk produk-produk unggulan, Mansur menawarkan ide gagasan publikasi produk ekspor via Internet pada perusahaan eksportir wooden furniture punya relasinya yang beroperasi di Klaten. Oleh karena perusahaan ekspotir tersebut sudah mencapai full capacity maka ide gagasan publikasi produk eksport via internetnya tersebut ditolak.

Dengan adanya penolakan tersebut, Mansur mendapat hikmah. Tanpa banyak buang-buang waktu, kemudian dia berhasil mengorek informasi seputar kegiatan operasi perusahaan ekspotir wooden furniture tersebut. Dari informasi yang diperoleh langsung dari pemiliknya, bahwa omset penjualan perusahaan tersebut bisa mencapai 7-8 kontener per bulan dengan memperkerjakan 300 orang karyawan sebagai tenaga kerja. Adapun buyer aktif sebagai pelanggan sebanyak 6 orang dan semuanya berasal dari negara Prancis.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat keuntungan perusahaan dari penjualan eksport untuk produk wooden furniture bisa mencapai tingkat prosentase antara 25%-30% dari nilai transaksi. Bisa dibayangkan berapa keuntungan perusahaan perusahaan ekspotir tersebut per bulan kalau nilai jual wooden furniture bisa mencapai 300 juta per 40 feet kontainer ?? Sungguh bisa diraba berapa nilai profit/ keuntungannya dan sangat fantantis, bila dirupiahkan angka-angka profitnya benar-benar mencengangkan !!

Seiring waktu berjalan, akhirnya Mansur mendapat saran/ masukan dari kakaknya yang nota bene dikenal di wilayah Yogyakarta sebagai salah satu pengusaha yang sukses. Kakaknya menyarankan : “Supaya kamu merintis usaha bisnis dari yang kecil dulu (sebagai basic usaha), dan fokuskan usahamu untuk memproduksi roti dan setelah kamu punya modal sendiri barulah ide-ide cemerlangmu bisa kamu realisasikan !!!”

Sepulang dari rumah kakaknya, Mansur merenung diri, berpikir dan berpikir lagi tentang sepak terjangnya selama ini, akhirnya Mansur memutuskan untuk merintis usaha kecil dari bawah sebagai jembatan emas untuk mengembangkan bisnis dunia usaha di bidang yang lain. Maka pada tahun 2003 Mansur memulai bisnis kue onde-onde merk Sari Echo, di mana kue onde-onde adalah sebagai produk makanan jajanan tapi bagi Mansur dipandang mempunyai prospek dan omset yang cukup lumayan, bila didukung sistem pemasaran yang baik, luas. “Bukankah pohon asam yang kuat, besar dan menjulang tinggi berawal dari sebuah biji kecil yang tumbuh dan berkembang ???”

Sosok Mansur benar-benar ingin memulai usaha dari bawah dan sekaliguis menguji kemampuan bisnisnya. Berawal dari satu tekad dan niat yang bulat Mansur dengan modal Rp 500.000,- mulai merintis bisnis usaha kue onde-onde, dengan mengadoni dan mengerjakan sendiri membuat kue onde-onde tersebut.

Usahanya dimulai dari belakang rumahnya, tepatnya di tempat bekas gudang yang cukup luas. Hanya dalam waktu 2 tahun usaha bisnis kue onde-onde milik Mansur telah berhasil menembus empat 4 kabupaten Purworejo dan sekitarnya. Mansur dalam usaha onde-ondenya dibantu oleh beberapa tenaga kerja, 4 orang menangani produksi dan packing serta lebih dari 15 orang sebagai marketing lepas.

Setelah 3 tahun berjalan Mansur mengelola usaha bisnis roti dan seiring itu pula market sharenya yang dia kuasai kian meluas serta tingkat volume penjualannya cukup stabil dan meyakinkan untuk terus dikembangkan. Di sisi lain masih terbangun kiat semangat obsesinya untuk mengelola bisnis dunia usaha yang berskala luas, berorientasi eksport yang mana sistem promosinya sangat efektif dan efisien via internet. Sejalan dengan hal itu muncul kembali ide-idenya untuk mengembangkan secara sungguh-sungguh. Sebagai langkah awal dia menawarkan diri sebagai Freelance Marketing pada CV. BKU yakni sebuah perusahaan eksport yang bergerak di bidang eksport wooden furniture yang beroperasi di Yogyakarta, untuk mempublikasikan hasil produksinya via internet. Setelah diadakan presentasi dan mendalami isi materi proposal yang ada, maka Direktur perusahaan eksportir tersebut langsung tertarik dengan ide yang Mansur tawarkan. Setelah diadakan negosiasi maka terjadilah suatu kesepakatan bahwa tingkat komisi yang dijanjikan pada Mansur sebesar 5% dari nilai transaksi yang ada, dengan catatan jika dia berhasil mendatangkan buyer dan terjadi deal. Untuk melancarkan usahanya, Mansur menginvestasikan dananya untuk pembelian pengadaan sistem perangkat komputer dan peralatan wireless untuk mengakses internet sebesar Rp 10 juta. Dan usaha mansur untuk menciptakan keselarasan dan keseimbangan antara kedua bidang usahanya, maka Mansur mendelegasikan sebagian tugasnya pada orang lain, untuk merekap inquiri (informasi masuk) dari para buyer CV. BKU dalam data base, Mansur di bantu oleh koleganya, sedangkan untuk penanganan administrasi usaha rotinya dia dibantu oleh pegawainya.

Belum genap 2 tahun usaha Mansur sebagai Freelance Marketing pada CV. BKU dilaluinya, timbulah krisis keuangan yang melanda negara-negara USA dan negara-negara Eropa, sehingga sangat berpengaruh terhadap omzet penjualan CV. BKU. Melihat kenyataan hal tersebut di atas, Mansur segera bertindak dan berpikir cerdas yakni dengan mengalihkan fokus publikasinya via internet dari hasil produksi CV. BKU, dari negara USA dan negara Eropa ke negara-negara yang masih dipandang masih ada peluang untuk eksport dalam jangka panjang, seperti negara-negara Timut Tengah dan Asia Timur. Untuk mengurangi dampak krisis financial yang sedang melanda USA dan negara Eropa sehingga omset penjualan eksport produk wooden furniture CV. BKU tidak begitu anjlok, paling tidak apa yang diharapkan pihak manajemen PT BKU sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eksport bisa bertahan/ melangsungkan operasionalnya untuk jangka waktu yang panjang.

Inilah kisah cerita perjalanan usaha dari sosok Mansur yang dipaparkan secara sistematis dana apa adanya sesuai dengan tingkat pengalaman dan pengetahuannya tentang bisnis usaha yang mana Mansur mulai merintisnya benar-benar dari bawah.

Haparan Mansur, mungkin para pelaku bisnis usaha atau pengamat yang punya wawasan ekonomi science yang intens pada bidang usaha bisa mengirimkan kritik/ saran kepada Mansur via email dengan alamat : mansur_313@yahoo co.id. Sehingga apa yang menjadi cita-cita usahanya Mansur bisa lebih maju, berkembang seiring sejalan perkembangan dunia usaha yang ada. Atas amal sholeh dari para netter, Mansur mengucapkan Alhamdulillah Jazakallohu Khoiro.